Sosialisasi Kurikulum Berbasis Cinta (KBC): Siap Jadikan MAN 20 Jakarta Madrasah Penuh Kasih

temy foto

Jakarta (Humas MAN 20) – Kementerian Agama Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam terus menggalakkan implementasi program prioritasnya, salah satunya melalui peluncuran dan sosialisasi Kurikulum Berbasis Cinta (KBC). Sebagai bagian dari komitmen untuk mewujudkan pendidikan yang tidak hanya unggul secara intelektual tetapi juga matang secara spiritual dan emosional, Temy Yulianti, S.Pd., M.Pd., Wakil Kepala Bidang Akademik MAN 20 Jakarta Timur, turut serta dalam kegiatan Sosialisasi KBC yang digelar Kemenag RI.

Sosialisasi ini merupakan langkah strategis Kemenag dalam menyebarkan filosofi dan panduan implementasi KBC ke seluruh satuan pendidikan di bawah naungannya, termasuk madrasah. KBC sendiri merupakan terobosan yang bertujuan untuk mengintegrasikan nilai-nilai Panca Cinta (Cinta kepada Tuhan, Diri dan Sesama, Ilmu Pengetahuan, Lingkungan, serta Bangsa dan Negara) ke dalam setiap aspek pembelajaran.

Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amien Suyitno, secara resmi membuka kegiatan ini. Dalam pidatonya, ia menyoroti peran sentral pendidikan berbasis cinta sebagai landasan utama untuk menghasilkan lulusan madrasah yang unggul: berakhlak mulia, berempati, dan siap berkompetisi secara global. Kasubdit Kurikulum, Abdul Basit, turut hadir mendampingi dan memberikan panduan teknis operasional terkait penerapan Kurikulum Berbasis Cinta.

MAN 20 Jakarta Timur menyambut baik inisiatif KBC ini. Menurut Kepala Madrasah, Drs. Sodikin,M.Si kurikulum ini hadir sebagai penyeimbang yang krusial di tengah derasnya arus globalisasi.

“Kami menyadari betul, mencetak generasi unggul tidak cukup hanya dengan nilai kognitif tinggi. Harus ada sentuhan afektif dan spiritual yang kuat,” ujarnya.

“Kurikulum Berbasis Cinta ini menjadi ruh baru, sebuah panduan untuk mengembalikan pendidikan pada fungsinya yang paling hakiki: memanusiakan manusia. Ini akan menjadi fondasi kuat bagi siswa MAN 20 agar tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki empati, toleransi, dan rasa tanggung jawab terhadap sesama dan alam.”

Dalam sesi sosialisasi tersebut, ditekankan bahwa KBC bukanlah mata pelajaran baru, melainkan sebuah perspektif yang harus meresap ke dalam seluruh proses pendidikan. Ibu Temy berkomitmen penuh untuk mengawal integrasi nilai-nilai cinta ini, baik dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) maupun dalam interaksi sehari-hari antara guru dan siswa di MAN 20 Jakarta.

“Langkah selanjutnya, kami akan segera melakukan internalisasi KBC kepada seluruh dewan guru dan tenaga kependidikan. Harapannya, MAN 20 Jakarta akan menjadi Madrasah Penuh Cinta, tempat siswa belajar bukan hanya untuk tahu, tetapi juga untuk mencintai dan menebarkan kasih sayang,” tutup Ibu Temy Yulianti. Kegiatan ini menegaskan kembali peran madrasah sebagai garda terdepan dalam mewujudkan moderasi beragama dan mencetak generasi emas yang berakhlak mulia.